Rabu, 27 April 2011

PUTRI BIRU VS PUTRI GEMPAL

(Tulisan ini kembali ku release, setelah beberapa kawan mengingatkan aku pada tulisan konyol dan memalukan ini. Mudah-mudahan bisa jadi media reuni buat temen-temen. ^_^)

Tiba-tiba pikiran liar itu muncul begitu saja. Ku tulis sms dan ku kirim ke beberapa kawanku (Tiyang Alit dan Kanteen). “Kawan, kalian dimana? Aku ingin melakukan suatu kegilaan. Maukah kalian menemaniku dalam kegilaan ini? Kita kumpul, dan baca puisi bergantian. Kita jadikan malam ini sebagai malam sastra bagi kita. Ku tunggu kalian di biologi.” Berbagai respon unik muncul di Hpku:
“Mbak anak-anak mau ke FSS, sampeyan gak ikut ta?”
“Mbak, sampeyan gak papa ta?”
“Lel, kon gendeng ta?”
“Menyedihkan.”
Tanpa ku pedulikan respon teman-teman, ku tancap gas si moti, dan meluncur ke gedung Biologi bersama seorang kawanku, xodox. Dari kostan sudah kupersiapkan segala hal yang mendukung kegilaanku, lilin; kain hitam; gunting; botol aqua; isolasi; korek api; buku kumpulan puisi; dan kue seharga Rp. 3000,- yang ku beli disakinah. Ya, ku akui, malam itu aku memang gila! Akhir-akhir ini kejiwaanku agak terganggu (red: bukan arti sebenarnya) (^_^). Mungkin ini penyakit bawaan TA…….. tapi tidak menutup kemungknan karena hatiku sedang berbahagia !!!
Sesampainya di biologi, kampus sepi, dan agak temaram karena beberapa lampu sengaja tidak dinyalakan. Di plasa duduk seorang kawan, Tauco, anak angkatan ’07 yang aku kenal di BioArt. Suasana begitu romantis dan melankolis. Angin sejuk… Dan agak gerimis. Segera ku gunakan hasrat seniku untuk membuat sebuah panggung kecil dan sederhana. Dengan prinsip “Trimo ing pandum”, Kugunakan properti seadanya dan ku adakan properti yang berguna. Dengan berbagai jurus, sret.. sret… Ciah… Haiya….. teretttttt… panggung pun jadi…
Tapi aku melupakan sesuatu….
Gerimis, membuatku pesimis…. Malam minggu yang menyedihkan! Benar kata temanku. Aku terlalu berani bersepekulasi dengan perasaan orang lain, kawan-kawanku maksudnya. Teman-temanku belum siap menerima jiwa spontanitasku yang sangat luar biasa ini. Dan benar, sampai jam 21.00 (sekitar 2 jam) tidak ada seorangpun kawanku yang datang. Tergelitik jariku untuk menggoda mereka sekali lagi, “Kawan, aku ingin menguji sesuatu kepada kalian. Apakah kalian masih mengingatnya kawan? Aku tunggu di biologi.” Cikruk… cikruk…. cikruk…. Hp ku berbunyi, “Iya mbak, habis ini kita kesana.” Senyum kemenangan tersungging di bibirku. Ha.. ha.. Ha.. Akhirnya, mereka mengikuti kemauanku.
Karena kesepian, ku undang juga seorang kawan dari BioArt, Mas Agus. Kita bertiga memulai acara dengan tema ketidak jelasan ini. Aku, Xodox, dan Mas Agus berpuisi bergantian…. Ada yang beraliran Romantis, Anarkis, Bengis, dan PDis. Apa pun itu yang penting emosiku tertumpahkan pada puisi-puisi tsb. Mendengar suara kita yang indah, tauco yang dari tadi “Mendelengi” Laptop tergoda masuk dalam kegilaan kita. Dan… ku sahkan saja dia sebagai orang gila, seperti kita.
jam sepuluh…. Kawan-kawan belum datang.
jam sebelas…. Masih belum datang. Padahal tenggorokan sudah kering. Air ludah telah tumpah. hampir putus asa….
Jam setengah duabelas…. Akhirnya… datang juga…….
6 orang kawanku datang, lengkap dengan target operasi “Rinto”. Ical, suketi, febri, mas wignyo dan icha datang membawakanku sebungkus es teh dan sekotak “terang bulan”, sedap… Kata orang bijak, “Kesabaran memang berbuah manis… semanis “terang bulan” (^_^).
Tapi… Ow.. Ow… “Someone who I need” tidak datang. Padahal aku sangat ingin dia datang. Maklum, setelah sekian lama saling diam, baru sehari kemarin kita berusaha saling membuka hati. Meskipun hanya lewat sms yang “gak penting”. Mungkin aku terlalu berharap banyak untuk bisa dekat dengan dia seperti dulu dan menghilangkan rasa kaku di antara kita. Tiba-tiba aku dicekam perasaan aneh… perasaan yang sampai saat ini tidak dapat ku kelola dengan baik. Perasaan ini mendorongku menanyakan tentang dia ke kawanku.
“Mas, si…. mana?”
“Mau wis tak ajak mrene lel, tapi mboh, moro-moro dia ngilang. Kita kehilangan jejak. Mungkin dia keweden, soale mau aku ngomong nek awakmu arep nembak dekne.”
“Ha…. Ha… Yo opo… jarene dekne awakmu arep bunuh diri… ha..ha…ha…”
teman-temanku memang berlebihan. Gak ada romantis-romantisnya sedikit pun! Tidak sensitif dan tidak peka. Mereka berpikiran macem-macem kepada niat baikku yang tulus, suci dan mulia ini. Yo opo maneh… Kehendak nurani memang gak bisa dipaksakan. Iya kan?
Tiba-tiba Hp temenku berbunyi. Dan ternyata yang ada dibalik telepon itu adalah “Someone who I need”. Dia kayaknya penasaran dan bertanya tentang apa yang terjadi di dunia kegilaanku. Ha… Aku merasa sena…ng sekali, karena aku merasa masih diperhatikan. Kemudian dia sms aku dan temanku, sekali lagi menanyakan apa yang sedang terjadi di biologi. Dan oleh temanku dibalas…. tapi sayang, Hp temenku memiliki ketidakcocokan dengan nomor flexi. Alhasil sms kawanku tidak terbaca di hpnya. Lalu dia membalas sms yang tidak terbaca tersebut dengan:
” Wah… Pasti masalahnya gawat ya? Lely arep bunuh diri ta? waduh… cukup ada satu PUTRI BIRU saja! Jangan sampai ada PUTRI GEMPAL!”
Oh busyeeet… Lagi-lagi dia menyebutku Gempal???!!!! Menyebalkan…!!!!
Hmmmm, Tapi bagaimanapun, dia pernah menjadi orang penting di hatiku. (^_^)

Surabaya, 20 Juni 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar